Beranda

Selasa, 10 Mei 2011

Rubik Fokus

Bunda Tantang Masa Depan

Jabaran Pengalaman Berusaha 38 Tahun
Oleh : Dr. Rizal Sini, SpOG, Pendiri/ Komisaris Utama

PT.Bundamedik-Bundamedik Healthcare System.


Awalnya coba-coba. Waktu itu masih amatiran. Bayangkan, bermula dari tempat saya praktek
di Jalan Sutan Syahir No. 3, Jakarta, pada tahun 1976. Dari situ saya mulai mengajak teman-teman. Dan, berdirilah Rumah Bersalin Bunda sebagai cikal bakalnya. Waktu itu saya tidak mempunyai rencana apa pun. Termasuk kalau saya sudah tua kelak seperti apa jadinya. Saat itu saya berusia 31 tahun, dokter Spesialis Kebidanan dan Wanita (ObsGyn) lulusan 1961 dan masih lajang. Semua hal yang menyangkut rumah-sakit tersebut sama sekali tidak terpikirkan.
Terus-terang, pada saat itu pemikiran saya sangat sederhana; sebatas bekerja dan bekerja sebagai staf FKUI bagian Obstetri Ginekologi sambil berpraktek pribadi. Tugas rangkap yang cukup menyita waktu. Sewaktu muda saya belum mampu melihat jauh ke depan atau tepatnya tidak mempunyai visi jauh. Saya menjalani arus hidup dengan mengalir. Saat itu saya masih muda dan mentah dalam pengalaman.
Visi saya begitu sederhana dan dangkal, sebatas 'Bagaimana kalau nanti berumah tangga dan punya anak'. Saya tidak melihat jauh ke depan, misalnya apakah mau jadi pejabat apalagi jadi menteri, presiden atau dokter terkenal. Begitu juga dengan misi yang saya punya, sederhana namun realistis setelah meniti jalur kehidupan nyata, bertumbuh secara bertahap sesuai kedewasaan seseorang seperti sewajarnya.
Visi & Misi

Waktu bergerak dan saya ada di dalamnya, visi tentang sebuah rumah-sakit akhirnya terbentuk. Makna visi yang ada dalam benak saya. Yaitu, kemampuan institusi rumah-sakit milik swasta atau pemerintah melihat masa depan sebagai kesempatan untuk berperan dalam pembangunan
ekonomi (kesehatan) bangsa dengan pemanfatan aneka sumber yang ada. Pengertian saya ini mengacu pada 'visi mata' yang artinya adalah kemampuan melihat maksimal sama dengan 6/6. Seseorang dikatakan visioner berarti dia berpandangan perspektif melihat masa depan. Tentu saja seorang visioner tidak bisa disamakan dengan peramal. Saya bermimpi menjadi orang besar. Maka saya berbuat besar. Kalau Anda belum bertanya, Anda belum berpikir jauh, atau memikirkan ke depan.
Bagimana tentang misi? Misi di mata saya adalah keinginan sebagai tujuan yang ingin digapai untuk berperanserta
dalam pembangunan demi kemaslahatan orang banyak. Pemaknaan misi ini mengacu pada 'misi negara', 'misi bangsa', 'misi agama dan misionaris'. Seperti halnya 'misi perusahaan'. Apa maunya mereka, tergantung pada karakter pemilik dan pembawa misi yang tak lain adalah pengelola..
Ada yang berfokus pada laba semata dan terdapat yang mencari laba sekaligus memenuhi tanggung jawab sosial secara berimbang. Ada pula yang tidak bertujuan mencari laba, tapi tidak harus rugi. Jika merugi karena kewajiban membiayai orang, harus dibantu donatur menyisihkan laba atau oleh pemerintah dari pendapatan negara. Biasanya untuk pencapaian tujuan operasional atau jabaran misi usaha (rumah-sakit) digunakan kalimat pemacu semangat yang disebut motto.
Di sini, saya perlu juga bicara tentang ekonomi kesehatan, pelayanan jasa kesehatan. Khususnya di rumahsakit yang di dalamnya terjadi proses pemanfaatan sumber daya manusia, ilmu dan teknologi yang tidak lepas dari penggunaan sumber (daya) dana yang mungkin diperoleh. Dana tersebut untuk pembelanjaan prasarana rumah-sakit dan teknologi kedokteran masa kini. Semua ini demi penyembuhan dan peningkatan mutu kesehatan. Dan seperti halnya upaya ekonomi lainnya; rumah-sakit juga membuka kesempatan kerja, memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan pada


Kalau Anda ingin besar, katakanlah Anda orang besar, dan buatlah besar. Anda akan menjadi berguna orang lain.
Oleh : Dr. Rizal Sini, SpOG, Pendiri/ Komisaris Utama


PT.Bundamedik-Bundamedik Healthcare System.

umumnya, dan beribadah sebagai kebutuhan yang azasi, demi kemaslahatan orang banyak.
Nah, rumah-sakit non-pemerintah dengan kaidahkaidahnya wajib bertumbuh dan berkembang mengisi misi swastanya pula. Rumah-sakit swasta membawa misi pemilik, sesuai visi yang diwakili oleh pengelola. Pemilik akan selalu memonitor agar tidak menyimpang dari objek, kepentingan orang banyak, dan pelanggan atau pasien secara berimbang. Tentu termasuk mengawasi : mulai pendiri sendiri, karyawan—yang mencakup staf medik dan keperawatan, mitra usaha (bank, asuransi, mitra dagang/ supplier) dan kewajiban pada perpajakan dalam batas-batas sewajarnya.
Berkaitan dengan visi rumah-sakit di bawah binaan kami, tentu diwarnai pandangan saya yang bertumbuh sesuai pertumbuhan usia. Visi diawali oleh kemampuan pribadi, sebagai pencetus gagasan mendirikan rumah-sakit tersebut. Dan tentunya hal itu menggambarkan apa yang saya lihat ke depan sebagai kesempatan mengisi arti atau misi hidup ini. Rumah-sakit adalah institusi (provision) berwujud badan imajiner (negara atau badan hukum), dia buatan manusia. Manusia lah pembawa visi dan misinya. Visi rumah-sakit swasta adalah visi pendiri atau pemilik/
pemodal berbadan hukum bersama-sama dengan pengelola profesional.
Sementara RSUD dan RSUP adalah 'perusahaan pemerintah' milik bangsa, yang dikelola oleh 'pejabat' pembawa misi untuk masyarakat umum, diutamakan untuk kelompok masyarakat yang tidak mampu. Karena rumah-sakit pemerintah tidak dikenakan pajak, subsidi silang sewajarnya diberlakukan padanya. Jika mendapat hasil lebih dari pemanfaatan fasilitas milik pemerintah dari mereka yang mampu bayar, disilangkan untuk mereka yang tidak mampu. Lantaran misi rumah-sakit pemerintah memang harus demikian, rumah-sakit untuk si miskin atau disebut juga hospital for the poor atau charity hospital.
Soal apakah rumah-sakit pemodal (perusahaan) berlaku ungkapan tidak ada uang maka tidak ada pelayanan (No money, no service)? Saya punya pendapat. Bagi rumah-sakit swasta berbadan hukum pemodal, subsidi silang tunggu dulu. Bukankah kewajiban subsidi silang pada perusahaan berbadan hukum dituangkan dalam bentuk bermacam beban pajak atas labanya untuk seterusnya disilangkan pada pelayanan masyarakat pada umumnya dan aneka social reponsibility. Bahkan tiap rumah-sakit milik siapa pun, terkait ciri khas pelayanan jasa kedokteran, adalah pelayanan jasa kemanusiaan. Dalam keadaan darurat tolong dulu, jangan tanya uang. Ini merupakan tanggung jawab moral rumah-sakit dan dokter sebagai bagian dari social responsibility terkait etika profesi medik dan institusi rumah-sakit sebagai lembaga sosial ekonomi.

Pendiri dan Penerus Takkan Sama
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda kini berdiri kokoh di pojok antara Jalan Sutan Syahrir dan Teuku Cik Ditiro, Jakarta Pusat. Andai menatap jauh ke masa lalunya, sangat mungkin orang tidak menyangka akan berdiri rumah-sakit yang bertumbuh dan berkembang seperti kita lihat saat sekarang. Bayangkan saja, cikal bakalnya hanya berupa tempat praktek seorang dokter berukuran 4 x 4 meter di Jalan Sutan Syahrir No 3.
Rumah-sakit ini telah merambah luas dan menantang masa depan untuk berperan dalam kelompok Bundamedik Healthcare System (BMHC), mewakili nama perusahaan PT Bundamedik sebagai pemilik. Kini BMHC telah menaungi empat kegiatan unit usaha RSIA Bunda Jakarta, RSU Bunda Margonda Depok, RSU BMC Padang, RSU Bunda Menteng, dan kegiatan usaha non-spesialis rumah-sakit. Kegiatan ini meliputi Klinik BIC, Klinik Fertilitas Morula, dan Emergency Response (ER).
BMHC juga terlibat dalam organisasi antar-rumah sakit swasta BIG, Bunda Indonesia Hospital Group di Medan, Batam, Padang, Palembang, Jakarta, Depok, dan Semarang. Bagi yang berminat, manajemen BMHC membuka kesempatan pada rumah sakit swasta lain untuk beraliansi atau berkolaborasi.
Visi dan misi apa yang ada di balik BMHC? Seperti yang saya kemukakan di awal, yaitu pandangan jauh ke depan dan tujuan pendiri sampai kemudian dilanjutkan generasi penerusnya yang berminat. Sudah jelas, visi-misi antara saya dan penerusnya tidak sama. Karena; ada perberbedaan kondisi, kesempatan, karakter dan tingkat kedewasaandi antara keduanya.
Mudah-mudahan warna dasar atau landasan idealis yang saya buat ikut mempengaruhi generasi penerus. Visi rumah-sakit swasta bukanlah sesuatu yang stasioner. Visi suatu lembaga seperti rumah sakit sangat tergantung pada kesempatan yang dibuka pemerintah dan tingkat pertumbuhan sosial ekonomi bangsa. Selain itu, tidak lepas dari pengaruh proses eskalasi pertumbuhan sosial ekonomi global. Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan rumah-sakit, mengisi kebutuhan yang azasi untuk semua tanpa membedakan tingkat sosio-ekonomi masyarakat yang rentang perbedaan tingkatnya sangat lebar.
Sama halnya dengan visi sebuah negara, terkait dengan pendiri bangsanya yang berlaku untuk batas jangkauan masan tertentu. Visi rumah-sakit dalam naungan BMHC saat ini adalah visi saya untuk jangkauan jarak pandang dan kesempatan yang terbuka sejauh yang dapat dan mungkin dicapai. Nanti kalau sudah diganti oleh pemilik dan pengelola penerus, visinya sudah tentu akan lain lagi. Visi bukan sekadar khayalan, tapi kemampuan melihat kesempatan yang realistis untuk berbuat menjadikan hidup ini berarti. Visi generasi penerus...yah...pasti mereka lah yang nantinya akan menentukan sesuai kemauan dan kesempatan yang terbuka pada waktunya.
Visi dan misi BMHC ke depan merupakan hak sekaligus tanggung jawab generasi pemilik dan pengelola penerus. Demi mewujudkan misi, saya hanya bermodalkan profesionalisme sebagai seorang spesialis, pekerja keras, berpengalaman dan keberanian mengambil keputusan melepas status pegawai negeri. Dan, terjun ke dunia usaha jasa swasta di tahun 1980.

Kini kesungguhan semakin dituntut, program perencanaan diterjemahkan dari artinya. Visi waktu itu, digariskan sejak 1979. 'Perencanaan 10 tahun' untuk pertama kalinya diucapkan. Perencanaan 10 tahun yang segera kami awali tahun ini adalah batu pilar milestone meninjau visi dan misi usaha.
Nah, sekarang masuk yang keempat, yang sudah pasti akan berbeda. Saya menjabarkannya ke dalam: 'Batas umur
dan kemampuan sebagai pembawa bendera perlu menelaah dan mengukur Visi & Misi Bunda dulu, dengan memberi nama dan logo baru BMHC System untuk semua kegiatan usaha sebagai payung.'
Toh begitu, bagi saya, mengenai visi-misi tersebut tidak akan dijadikan sebagai janji muluk. Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda sudah matang, dewasa dan berpengalaman. Lembaga ini akan tumbuh dengan sendirinya dan tetap bertahan serta berkembang. Saya berharap, agar banyak rumah-sakit lain yang bertumbuh darinya bisa bertahan dan berkembang mengikuti zaman.
Rumah-sakit ini melihat masa depan yang lebih cerah, untuk berkarya sesuai kesempatan yang terbuka, mengikuti ilmu dan perkembangan teknologi kedokteran. Semua ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan bangsa. Sekaligus berupaya dan berperan dalam mengangkat tingkat ekonomi dan sosial bangsa serta budaya dalam persaingan global.
Sementara misinya, ingin menjadi rumah sakit swasta yang terbaik dengan standard pelayanan yang selalu mengikuti kemajuan ilmu, teknologi dan informasi serta sejalan dengan peningkatan sosio-ekonomi masyarakat bangsa. Selain itu, berupaya menciptakan suasana damai dalam lingkungan usaha, berorientasi kesepadanan pelayanan jasa yang ditawarkan dengan kemampuan masyarakat yang dilayaninya yang berbeda tingkat sosio-ekonominya. Semoga!***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar